Sabtu, 15 September 2012

Neuroscience dan Neurocognition


Adalah mazhab-mazhab yang terbaru. Neuroscience berkembang dan dikombinasikan dengan psikologi menjadi Neurocognition. Neurocognition bertolak dari Brain based research (penelitian otak), berkaitan dengan belahan otak kiri dan kanan yang fungsinya berbeda-beda. Disarankan bagi orang yang memiliki problem/masalah agar dapat menggunakan kedua belahan otaknya (kiri dan kanan) untuk menyelesaikan/mengatasi masalahnya. Bagi orang yang menyelesaikan problemnya dengan menggunakan belahan otak kiri maka akan berfikir logic, linearity (lurus saja, teratur, sistematis), language, math. Orang tersebut hanya dapat mengerjakan pekerjaan/sesuatu satu fokus saja (concentrative). Sementara bagi orang yang selalu menggunakan belahan otak kanan akan berfikir forms (berbentuk), patterns (berpola)/mazhab ke 3 (Maslow), imagination, musical appreciation, spatial manipulation (cepat menanggapi sesuatu). Orang yang selalu menggunakan belahan otak kanan adalah orang yang bisa berpikir dua/tiga hal sekaligus (menanggapi/mengerjakan yang berbeda-beda sekaligus) yang disebut mine distributive. Orang tersebut dapat memanipulasi sesuatu menjadi bentuk lain (berpikir deduktif bukan berpikir induktif).
Jadi Brain based research mempunyai dampak luar biasa terhadap pembelajaran, cara berpikir seseorang / berbuat dan tanggapannya terhadap dunia.
Bagi masalah/problem-problem yang ditangani dengan menggunakan kedua belahan otak (how to stimulate both hemispheres) dapat dilakukan dengan cara memperkaya lingkungan (nourish environment) yaitu lingkungan belajar yang mengundang kita untuk berbuat sesuatu / terlibat penuh / mendalami apa yang kita lakukan pada kegiatan belajar mengajar (an invitational learning environment), karena dengan lingkungan yang kaya akan menstimulasi kedua belahan otak. Sementara bila lingkungan yang miskin tidak akan ada rangsangan yang dapat menstimulasi kedua belahan otak tersebut.
Dengan memperkaya lingkungan maka akan merangsang synaptic (aktivitas interaksi antar sel-sel semakin cepat), sehingga dapat menghasilkan create myelin (Belajar yang dipercepat dan bisa ditingkatkan kadar mentalnya / accelerate dan escalate learning). Misalnya : anak kecil bisa cepat membaca bila sering diceritakan dengan gambar-gambar yang ada tulisannya digambar tersebut.

Cara berpikir tinggi
Ada dua cara berpikir tinggi dibelahan otak kiri dan kanan. Belahan otak kiri cara berpikirnya lebih kritis (penilaian kritis tentang kebenaran sesuatu) misalnya matematika. Sementara belahan otak kanan cara berpikirnya lebih kreatif (penilaian kreatif tentang makna sesuatu).
Dalam setiap proses berfikir ada dua fase, yaitu intuisi ide / memberikan pencerahan dan rasio berpikir.
Jadi didalam tingkat berpikir yang tinggi selalu terkait dengan kedua belahan otak yang harus saling berinteraksi / menjaga keseimbangannya untuk berfikir kritis dan berfikir kreatif, cara berfikir ini selalu melalui dua fase yaitu intuisi ide dan rasio berfikir. Pada orang yang belahan otak kanannya kuat akan cepat muncul ide/penangan masalah. Sementara orang yang belahan otak kirinya lebih kuat (sering menghafal, tersistem, rapi), ide jarang muncul.
Dampak dari Neuroscience terhadap masalah tertentu hanya satu jawaban yang benar (berfikir konvergen), tetapi dalam berpikir divergen ada banyak jawaban yang benar (optionnya lebih dari satu)
Koestler menjelaskan pada belahan otak kanan selalu berpikir Bisosiatif (cara berpikir yang menunjuk pada kreatifitas). Ada banyak opsi-opsi yang dapat diambil untuk mencari jawaban yang tepat. Sementara pada belahan otak kiri berpikirnya lebih banyak secara analitis.
Oleh sebab itu bila kita ingin menyelesaikan masalah cobalah untuk menggunakan kedua belahan otak kanan dan kiri, agar dapat mencari beberapa jawaban yang kreatif dan analitis.

Message: Neuroscience dan neurocognition sementara ini merupakan madzab-madzab baru. Neuroscience dikombinasikan dengan ilmu psikologi yang kemudian dikembangkan menjadi neurocognition bertolak dari penelitian tentang otak (brain based research).Dalam kaitannya dengan otak, yang terdiri dari belahan otak kiri dan belahan otak kanan memiliki fungsi dan ciri yang sangat berbeda. Pada belahan otak kiri dalam hal mengatasi masalah cenderung berfungsi sebagai alat berfikir logis, teratur, linear, sitematis dan rasional, sedangkan pada belahan otak kanan dalam mengatasi masalah lebih holistik mengamati sesuatu secara menyeluruh, imaginatif, kreatif, human dan intuitif. Ketika dalam menyelesaikan masalah kita sebaiknya tidak hanya menggunakan salah satu belahan otak saja akan tetapi kita menggunakan kedua belahan otak, baik kiri maupun kanan. Mashlow berbicara tentang fungsi, aplikasi serta imajinasi yang berkaitan dengan aktualisasi yang pada umumnya belahan otak kanan yang lebih dominan, menangkap bentuk (form) sesuatu, pola dari sesuatu (pattern), yang tidak melihat sesuatu secara rinci, melihat sesuatu secara garis besarnya, memikirkan dua hal yang berbeda sekaligus (mind distributive). Imajinasi ikut berbicara mampu mengekspresiasi, memanipulasi dan cepat dalam menanggapi sesuatu.
Brain based research mempunyai dampak yang luar biasa terhadap pola pikir manusia, begitu pula terhadap bagi pembelajaran, cara bersikap dan berbuat terhadap tanggapannya terhadap dirinya. Dalam hal ini masalah pembelajaran salah satunya adalah masalah pengayaan lingkungan, sebab dengan pengayaan lingkungan maka aktifitas sinaptik, yaitu interaksi antara sel-sel neuron akan makin cepat, sel-sel yang berinteraksi tersebut pada kalanya terwujud sel-sel khusus yang disebut Myelin. Myelin ini yang menjadikan belajar itu dapat ditingkatkan, bisa dipercepat akselerasinya dan bisa ditingkatkan kadar mentalnya (escalate). Anak berbakat dalam pembelajaran harus ditingkatkan kadar mentalnya, harus mampu berfikir pada tingkat tinggi dan harus berfikir cepat. Jadi kalau kita menginginkan sel-sel Mylin itu tercipta maka aktifitas sinaptiknya dipercepat, untuk mempercepat aktifitas sinaptik, tahap awal yang kita lakukan adalah memperkaya lingkungan (nourish environment), lingkungan yang mengundang, suasana yang asyik (an invitational learning environment) yang terkait dengan neuroscience dan dampaknya terhadap belajar.
Pada belahan otak kiri dan belahan otak kanan itu terdapat dua cara berfikir tingkat tinggi (high of thinking) dalam mencari kebenaran terhadap sesuatu yaitu,cara berfikir kritis bila kita menggunakan belahan otak kiri, dan cara berfikir kreatif yaitu sesuatu yang benar tidak selalu mempunyai relevansi dengan pikiran kita (lateral), sesuatu yang bila kita nilai sebagai sesuatu yang bermakna bagi kita. Dalam proses berfikir ada dua fase. Pertama, yaitu intuisi ide, dan fase kedua, yaitu rasio berfikir ketika kita menangani suatu masalah. Jadi di dalam belahan otak kita berfikir tingkat tinggi itu idealnya selalu terkait dengan dua belahan otak yang harus saling berinteraksi, yang harus dijaga keseimbangannya, baik untuk berfikir kritis maupun berfikir kreatif. Dan dalam proses berfikir selalu mengalami dua fase tersebut.
Dampak neuroscience terhadap pembelajaran, bahwa hanya ada satu jawaban yang benar pada pola berfikir konvergen, sebaliknya berfikir divergen, jawaban yang benar lebih dari satu, banyak alternatifnya, opsi yang beragam. Menurut kostler apa yang disebut belahan otak kanan ketika mencari opsi jawaban tertentu dari berbagai ragam opsi, sebagai jawaban atas penyelesaian masalah kita melibatkan belahan otak kiri sebagai penganalisa terhadap masing-masing opsi itu.

Catatan:
berpikir antisipasi = berpikir sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta yang ada
berpikir sistemik = melihat keseluruhan terhadap sesuatu (belahan otak kanan)
berpikir sistematis = logis, linier/teratur
orang yang akan menjadi profesional lebih banyak menggunakan belahan otak kanan, karena mereka lebih kreatif dan dituntut menjadi distributif, sementara orang yang akan menjadi akademikus lebih banyak menggunakan belahan otak kiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar