Sabtu, 15 September 2012

Berhentilah Jadi Gelas


Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya
belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang
murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana
yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata
Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air
asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis
keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil
mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir
danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang
tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"







"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan
meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,
membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya
tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu
jadi sebesar danau." (From : Suluk - Blogsome)











































So stop Glasses

A Sufi teacher approached a student when his
always looked glum lately.

"Why do you always gloomy, son? Was not a lot of beautiful things in
world? Where did bersyukurmu face? "The teacher asked.

"Teacher, lately my life full of problems. Hard for me to
smile. The problem comes as no endless, "said the
young students.

The Master chuckled. "Son, take a glass of water and two handfuls of salt.
Bring here. Let kuperbaiki that mood. "
The student is moving slowly with no spirit. He carried out the request
teacher, then back again to bring glasses and salt as
requested.

"Try to take a handful of salt, and put into a glass of water," said
The Teacher. "After that you try to drink a little water."
The student is doing. His face grimaced as drinking water is now
salty.

"How does it feel?" asked the Master.

"Salty, and my stomach sick," replied the student with his face still
grimace.

The Master chuckled see students face a grimace
salinity.

"Now you come with me." Teacher brings students into the lake near
their place. "Take the remaining salt, and scatter into the lake."
The students spread the remaining handful of salt into the lake, without
talk. Salty taste in his mouth has not gone away. She wanted to spit out the taste
salty from his mouth, but he did not commit. It seems ungracious spat
murshid before, so he thought.

"Now, you try to drink the lake water," said the Master said,
looking for a fairly flat stones for occupied, right on the edge
lake.

The students clapped her hands, took the lake water, and
bring it to his mouth and gulped it down. When the cold lake water
and fresh flowing in his throat, the teacher asks
to him, "How does it feel?"

"Fresh, fresh," said the student, wiping his lips with
back of his hand. Of course, this comes from the lake catchment
water up there. And the water flows into the creek below.
And certainly, the lake will also remove the salty taste
left in his mouth.

"Terasakah taste the salt you scatter that?"







"Not at all," said the student, taking water and
drink it again. The teacher just smiled notice,
let students drank lake water until satisfied.

"Son," said the Master after the students had finished drinking. "Any problem
life is like a handful of salt. No more, no less.
Only a handful of salt. Many problems and suffering
You experience all that life has dikadar by God, according
for yourself. The amount is fixed, that much-that much, not reduced
and not increased. Every human being is born into this world, too
so. Not a single human being, even though he was a prophet, a
free from suffering and problems. "

The students fell silent, listening.

"But boy, 'salty taste' of the suffering was very
depending on the size of the 'heart of a' (heart) that contain it. So boy, so
do not feel pain, stop so the glass. Make the heart from the chest was
so by the lake. "(From: Suluk - Blogsome)
Baru! Klik kata di atas untuk mengedit dan melihat terjemahan alternatif. Tutup
Google Terjemahan untuk Bisnis:Perangkat PenerjemahPenerjemah Situs Web









Tidak ada komentar:

Posting Komentar