Sabtu, 15 September 2012

Mari Mendongeng


         Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak, semenjak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya mampu merekam beberapa kabar berita. Masa tersebut terjadi pada paruh akhir tahun ketiga dari usianya. Seorang anak, dengan usianya yang masih belia, dapat memperhatikan penyampaian cerita sederhana yang sesuai dengan usianya. la akan mendengarkan cerita itu dan menikmatinya, lalu meminta cerita berikutaya karena keasyikan. Kita pasti mengingat malam-malam yang mengasyikan dan waktu-waktu senggang yang kita lewati dengan menyimak cerita-cerita dan hikayat menarik yang diperdengarkan oleh ibu dan nenek kita. Di antara cerita-cerita itu adalah cerita "Seekor Keledai yang Licik", cerita "Seorang Raksasa", cerita "Seorang Putri Raja", dan cerita-cerita lainnya yang menggembirakan dan yang menegangkan.Banyak di antara kita yang suka sekali menghabiskan waktu kita hanya untuk mendengarkan ibu atau nenek dalam membawakan ceritanya. Kita juga ingat betapa tidak merasa bosannya kita mendengarkan cerita-cerita yang diulang-ulang walaupun ada cerita lainnya yang baru. Cerita merupakan media yang paling tepat untuk anak-anak dalam menanamkan nilai-nilai positif yang akan bermanfaat di dalam  kehidupannya di masa mendatang. Siapa pun tahu, dunia anak memang dunia yang indah. Keindahan ini banyak didorong oleh cerita-cerita yang telah diceritakan oleh ibu dan nenek kita. Imajinasi kita pun tumbuh dengan baik karenanya. Pertumbuhan imajinasi ini penting sekali untuk membuat pemikiran inovatif di kemudian hari. Dalam hal ini cerita menempati posisi pertama untuk merubah etika anak-anak. Karena sebuah cerita mampu menarik anak-anak untuk menyukai dan memperhatikannya. Mereka akan merekam semua doktrin, imajinasi, dan peristiwa yang ada di dalam cerita. Apabila dengan dasar pemikiran seperti ini, maka cerita merupakan bagian terpenting yang disukai oleh anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun. Karenanya, cerita yang baik adalah cerita yang mampu mendidik akal budi, imajinasi, dan etika seorang anak, serta bisa mengembangkan potensi pengetahuan yang ia miliki.
Di antara masalah yang ada dalam fase kanak-kanak yang masih perlu untuk terus dikaji adalah masalah etika dan moralitas mereka. Dalam hal ini mereka harus memperhatikan perilaku apa yang pantas dilakukan oleh kanak-kanak dan yang tidak, serta bagaimana aplikasinya pada diri seorang anak. Begitu juga para guru dan orang tua harus bisa menyelaraskan doktrin mereka dengan karakter khusus anak-anak supaya etika yang diperkenalkan pada mereka itu bisa dinikmati dengan menarik.
Terkadang anak melakukan kesalahan, kesalahan yang mereka lakukan tidak semena-mena dilimpahkan padanya, melainkan kesalahan tersebut merupakan warisan peristiwa lalu yang tidak ditindak lanjuti oleh lembaga pendidikan dan kebudayaan yang bisa memahami jati dirinya, kebutuhannya, dan tidak mampu mengarahkannya. Akal dan hati mereka harus diisi dengan nilai-nilai positif. Cerita dan hikayat merupakan bagian dari peradaban suatu bangsa yang tersebar luas di setiap level masyarakat dengan stratifikasi sosial yang berbeda dari dulu sampai sekarang. Beberapa kajian membuktikan bahwa masyarakat beradab yang hidup dengan kebiasaan mereka, memilih juga cerita-cerita yang tersebar luas di antara mereka secara turun temurun dari orang tua pada anak-anaknya. Sebagian dari cerita-cerita yang ada, meliputi beberapa unsur yang negatif. Hal itu dikarenakan pembawaan cerita tersebut tidak mengindahkan nilai estetika dan norma. Mungkin dengan cerita tersebut si anak akan melakukan hal-hal yang buruk. Karena semua informasi dan peristiwa yang tercakup dalam sebuah cerita akan berdampak sekali dalam pembentukan akal dan moral seorang anak, baik dari segi budinya, imajinasi, maupun bahasa kesehariannya. Misi sekolah yaitu mendidik, maka lembaga formal tersebut tidak boleh mengenyampingkan sisi pendidikan yang harus diserap oleh seorang anak berupa tata nilai yang ada dalam cerita-cerita anak bangsa. Meskipun di sana-sini terdapat lingkungan buruk yang tidak mendukung dan terus merongrong, apalagi lingkungan keluarga yang tidak dikendalikan oleh seorang ibu yang mendidik.             |
Cerita juga mengandung ide-ide pemikiran,. pesan, imajinasi, dan bahasa tertentu. Setiap unsur ini akan membekas dalam membentuk pribadi seorang anak. Dari sini kita dapat mengetahui akan pentingnya unsur cerita dalam kurikulum, yaitu bagaimana cerita tersebut disajikan pada anak-anak dengan memilih cerita-cerita yang baik untuk mereka.
Ketika anak duduk di bangku sekolah dasar tahun pertama atau ketika ia masih taman kanak-kanak, dalam usia tersebut ia masih belum mampu untuk membaca dan mencerna pelajaran. Maka dalam hal ini, orang tua dapat mempresentasikan sebuah cerita pada anaknya sebagai ganti dari usahanya agar membuat si anak bisa membaca. Kelebihan lainnya dalam penyampaian pelajaran dengan cerita adalah dapat menumbuhkembangkan gaya bicara yang baik. Seperti diketahui bahwa gaya bicara merupakan suatu materi bahasa yang apabila dibumbui cerita akan dapat meningkatkan daya hafalnya. Cerita dapat pula membuat seorang anak untuk menumbuhkan keberaniannya. Kemampuan seorang murid dalam membawakan sebagian cerita yang telah didengarnya, adalah bagian lain dari usaha memperagakan cerita dengan gerakan anggota tubuh dan luapan emosi.
Di sini terdapat perbedaan yang besar antara membaca cerita dengan membawakannya. Membawakan cerita, jika telah dilakukan sebaik mungkin, bisa menghembuskan sebuah ruh baru yang kuat di dalam cerita tersebut dan menjadikannva seolah-olah hidup di hadapan pendengar. Juga dapat mengubahnva menjadi gambaran-gambaran, senandung-senandung, gerakan-gerakan, dan perasaan-perasaan yang jelas dan syahdu, serta mengilusttasikan sifat dan karakter setiap tokoh dengan benar. Adapun bila seseorang membaca cerita dari sebuah buku untuk dirinya sendiri, maka peristiwa-peristiwa dalam cerita tersebut akan berlalu dari ingatannya dengan cepat. Terkadang malah inderanya tertidur di tengah-tengah kegiatan membacanya itu. Kecuali pada saat penglihatan hati nuraninya bisa menembus pikiran-pikiran yang dikelilingi oleh garis-garis hitam. Membaca cerita adalah seperti melihat dan mendengarkan sebuah patung yang dikisahkan dengan cerita yang berseni dan benar, seakan-akan melihat sesuatu yang hidup. Akan tetapi, tidak semua membawakan cerita itu lebih baik daripada membacanya. Terkadang pembawaan cerita yang buruk justru malah merusak keindahan dan seni yang terdapat dalam sebuah cerita. Seorang pembawa cerita bisa menciptakan atmosfir cinta kasih antara dirinya sendiri dengan para pendengar, seolah-olah dia adalah teman mereka. Karena dia bisa memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang sedang menjamu para tamunya. Sebuah kalimat dari sekian kalimat yang diucapkan oleh sang pembawa cerita, terkadang bisa mewakili dua kalimat atau lebih beberapa kalimat yang terdapat dalam suatu cerita yang tertulis. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam membawakan cerita. Sebuah cerita dapat memberikan kesan yang bisa mempengaruhi jiwa para pendengar menurut kemampuan masing-masing pembawa cerita. Ada seorang pembawa cerita yang mampu menghipnotis para pendengarnya seakan-akan di atas kepala mereka ada seekor burung yang sedang bernyanyi. Penulis membedakan antara pembawa cerita yang bisa didengarkan dan dilihat dengan pembawa cerita yang hanya bisa didengar. Pembawa cerita yang pertama mampu mengekspresikan suara dan senandung ke dalam gerakan dan aksi. Oleh karena itulah anak-anak bisa menikmati cerita yang disuguhkannya, sebab mereka bisa memperhatikan gerakan-gerakan sang pembawa cerita daripada hanya diperdengarkan dari radio. Terkadang ada pula yang menganggap dirinya tidak bisa menguasai seni membawakan cerita. Tapi jika ia mau terus mengusahakannya, mencoba melepaskan dirinya dari perasaan malu yang menghinggapinya ketika bercerita, dan terus melatih dirinya untuk bercerita serta menekuni pedoman-pedoman bercerita, maka mungkin ia akan menemukan dalam dirinya sebuah bakat yang tersembunyi. Ada juga yang hanya menguasai cerita-cerita yang berbau sekolahan yang biasa diceritakan di sekolah). Selain itu, ada pula yang menguasai jenis cerita yang lain, seperti cerita-cerita tentang binatang, cerita-cerita lucu, atau cerita-cerita yang menyenangkan dan menyedihkan.

Manfaat yang bisa di petik
Tidak semua orang pandai mendongeng dan hafal banyak dongeng secara lengkap. Jadi, mengapa tidak Anda gunakan saja buku sebagai pedoman untuk mendongeng. Selain itu anak akan terbiasa dan dibiasakan melihat benda yang berbentuk segi empat itu sebagai sumber informasi dan sumber kesenangan. Di samping itu, mereka juga melihat bahwa Anda aktif membaca buku. Manfaat lain adalah Anda tidak cenderung menggunakan bahasa anak-anak tetapi bahasa baku. Ini akan memperluas dan menambah kosa-kata anak dan juga Anda. Dengan membacakan buku kepada anak, Anda juga belajar berbahasa yang baik dan benar (ini diperoleh dari bacaan yang baik), karena biasanya ibu yang banyak di rumah umumnya lebih banyak memakai bahasa daerah atau bahasa "pasaran". Biarpun Anda seorang sarjana atau berpendidikan cukup, bila terus-menerus dalam suasana informal, Anda akan kaget betapa mundur dan jeleknya bahasa Anda bila suatu saat harus menghadapi suasana yang lebih formal. Selain itu, yang penting, sejak kecil anak sudah terbiasa dan dibiasakan mendengar bahasa yang baku, melalui buku-buku yang Anda bacakan meskipun mereka belum bersekolah. Kalau Anda membiasakan diri mendongeng lewat buku atau membacakan buku untuk anak, maka mau tidak mau Anda akan selalu terlibat dengan buku, karena harus memilih buku yang akan Anda bacakan kepada anak Anda. Oleh karena itu, Anda lama-lama akan tahu buku mana yang baik dan mana yang tidak. Selain itu dengan beragamnya bacaan anak-anak, Anda juga akan tahu dan belajar mengenal dunia anak-anak yang mungkin sudah Anda lupakan. Anda juga akan terbiasa mengikuti dan mengetahui apa yang dibaca anak-anak. Dengan demikian anak tidak akan mengatakan "Ah, ibu kuno"; karena tidak bisa mengikuti pembicaraan mereka. Bila Anda terbiasa membacakan buku, maka biar bagaimanapun sibuknya, Anda akan selalu mempunyai waktu untuk anak. Saat-saat Anda membacakan cerita untuk anak sungguh tak temilai harganya karena pada saat ini pula anak bisa menerima kehangatan dan kasih sayang Anda. Anda tidak selalu harus membacakan buku pada waktu menjelang tidur, sebab mungkin anak tidak mau tidur sebelum dibacakan. Karena itu, carilah waktu yang cocok di saat Anda dan anak dalam keadaan paling santai, sehingga Anda tidak merasa hal itu sebagai suatu kewajiban. Lakukanlah dengan senang hati dan untuk kesenangan. Perlu diketahui bahwa anak-anak tidak akan bosan mendengar cerita yang disukainya. Mereka bahkan akan meminta Anda membacanya berulang-ulang dan akan selalu mendengarkan dengan semangat yang sama besar. Jadi, janganlah berkecil hati kalau kebetulan Anda belum sempat membeli buku baru. Selain itu cerita yang diulang-ulang membuat anak hafal, sehingga Anda dapat mengajaknya berdiskusi. Juga bila Anda salah baca, anak bisa mengoreksi Anda. Dengan demikian anak akan menjadi kritis, .cerdas dan berani mengemukakan pendapat. Acara membacakan buku juga bisa berfungsi sebagai "obat" penenang karena biar bagaimanapun nakalnya anak, la bisa duduk tenang hanya untuk mendengarkan cerita yang Anda bacakan. Mungkin mula-mula ia kurang tertarik dan tak acuh, tapi cobalah bacakan terus dengan suara yang jelas, keras dan lagu yang enak tentu ia akan duduk tenang dan lengket pada Anda. Anda bisa melihat mimiknya yang lucu ketika menghayati cerita yang didengarnya. Nikmatilah suasana ini dengan rasa cinta dan syukur.Jadi, kalau Anda sudah biasa membacakan cerita pada anak Anda sejak usia dim dan memberi pengertian pada anak tanpa paksaan bahwa benda yang berbentuk segi empat terbuat dari kertas itu adalah sumber mformasi, kesenangan dan kehangatan, ia pun akan terbiasa menghadapi buku  lain ataupun buku pelajaran dengan cara yang arif. Dengan begitu Anda tak akan perlu lagi mengeluh bahw ia anak Anda tidak suka membaca dan belajar.

Mendongeng di Rumah
Siapa tidak suka mendengarkan cerita? Tua, muda tentu menyukainya. Saat di mana anak mengembangkan imajinasi dan memperluas minatnya adalah ketika ia mendengarkan cerita; Dari cerita, anak belajar mengenal manusia dan kehidupan serta dirinya sendiri. Lewat ccrita-cerita yang Anda sampaikan, anak meluaskan dunia dan pengalaman hidupnya. Oleh karena itu, mendongeng atau bercerita pada anak peiiu anda lakukan.
Mendongeng dapat dilakukan dengan menggunakan teks yaitu membacakan buku atau bisa juga tanpa teks. Keuntungan membacakan buku adalah ada kemungkinan anak dapat membaca sebelum masuk sekolah karena terbiasa melihat huruf dan kata-kata dari cerita yang Anda bacakan, sedangkan kelebihan mendongeng tanpa teks adalah anak dapat ikut diajak mengekspresikan dirinya. Dengan melibatkan anak dalam kegiatan ini, maka anak yang mula-mula pemalu dan menutup diri akan berubah sikap. Mengapa Anda tidak melakukan kedua-duanya saja? Anda barangkali tidak sadar bahwa anak-anak mencintai suara orang tuanya, sehingga bagi yang baru mulai atau malahan belum pernah sama sekali membacakan atau mendongengkan cerita bisa jadi akan merasa kikuk dan malu. Maka dengan persiapan dan mengetahui cerita yang cocok serta bagaimana membawakannya, tentu Anda tidak akan menemui kesulitan lagi.
Persiapan sebelum membaca buku
Bagi sebagian orang tua, membaca dengan bersuara bukan hal yang asing, karena waktu bersekolah dulu ada pelajaran membaca di muka kelas. Tetapi karena hal ini sudah bertahun lewat tidak dilakukan, mungkin membaca dengan cara ini menimbulkan rasa aneh dan tak biasa lagi. Jadi ada baiknya bila Anda membiasakan din terlebih dahulu mendengar suara Anda sendiri dengan membaca buku secara bersuara ketika Anda sedang sendirian. Pilihlah buku yang ceritanya akan Anda bacakan. Dengan demikian Taila nanti Anda membacakan anak, Anda tidak ragu-ragu lagi karena selain Anda sudah kenal ceritanya, suara Anda akan terdengar wajar dan cerita akan dibaca dengan lancar. Bila memang dianggap perlu Anda bisa saja membacanya beberapa kali sampai Anda merasa persiapan Anda sudah mantap. Dengan mengenal ceritanya anda sudah terlebih dahulu menangkap isi cerita dan maksud pengarang, sehingga waktu membacakan Anda sudah tahu pada kata-kata dan kalimat yang mana Anda akan memberi penekanan khusus, misalnya; kata atau kalimat yang indah, lucu dan perlu diketahui anak. Selain itu Anda sudah tahu pula apakah sebuah kalimat harus dibaca dengan nada biasa, tinggi atau rendah, dimana Anda harus berhenti sejenak dan bagian cerita mana yang menarik. Lagi pula Anda akan dapat menyampaikan percakapan tertulis menjadi suatu percakapan yang hidup.
Ini semuanya ini membuat cerita yang disampaikan menjadi lebih mengasyikkan.Jangan lupa pula untuk mempelajari ilustrasinya karena  ilustrasi yang baik akan mendukung cerita dan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari ceritanya. Hal ini  akan menambah pengenalan Anda akan cerita. Dengan demikian Anda pun bisa memperkirakan apa atau bagian mana dari cerita yang akan ditanyakan oleh anak dan Anda dan siap untuk menjawabnya. Penting pula diketahui bahwa sebaiknya Anda tidak membacakan cerita yang tidak Anda sukai, karena antusiasme Anda akan hilang dan anak dapat merasakan hal. Dengan memilih cerita yang Anda sukai dan membacannya dengan senang hati maka hal ini juga akan mempengaruhi minatnya pada buku.

Persiapan sebelum mendongeng
Seperti halnya membacakan buku, mendongeng pun perlu persiapan yang baik. Anda bisa mendongengkan cerita Anda sendiri ataupun yang diambil dari buku. Bila diambil dari buku maka Anda perlu mengenali terlebih dahulu jalan ceritanya, sifat tokoh-tokohnya tempat teriadinya serta pilihan kata si pengarang supaya Anda dapat menyampaikan cerita dengan baik dan lancar. Meskipun demikian Anda tidak dianjurkan untuk menghafalkan seluruh jalan ceritanya karena bila ada yang terlupa mungkin dapat menyebabkan Anda menjadi gugup. Selain itu, cerita yang; terialu dihafalkan akan terdengar kurang wajar. Jadi cukup Anda ingat garis besarnya saja termasuk kejadian yang pokok dan penting, klimaks dan kesimpulan cerita. Nyanyian atau sajak yang terdapat dalam cerita dapat Anda hafalkan dan ajarkan pada anak Anda sehingga dia juga ikut terlibat dan mendapat peran. Hal ini akan menambah kegembiraannya dan anak dapat ikut mengekspresikan dirinya.
Cerita yang untuk dibacakan
Ada cerita yang lebih cocok untuk dibacakan dan sebaliknya ada cerita yang lebih dianjurkan untuk didongengkan (dilakukan tanpa membaca teks). Lama-lama Anda sendiri pun akan lebih berpengalaman dan mengenal cerita mana yang lebih sesuai. Bagi yang baru memulainya, beberapa ciri yang membedakan dapat dipakai sebagai pegangan.
Biasanya penggambaran ceritanya lebih mendetail. Pilih cerita yang ditulis dengan kalimat yang baik dan menggunakan perbendaharaan kata yang luas. Cerita ini lebih cocok untuk dibacakan karena kekuatan cerita terletak pada kata-katanya. Karena itu, misalnya, pengungkapan keindahan ataupun kesedihan serta makna terselubung dari cerita lebih dapat ditangkap dengan cara menghayatinya dengan membaca. Selain itu cerita yang untuk dibacakan berjalan lebih lambat daripada cerita yang lebih cocok untuk didongengkan. Cerita yang banyak gambar ilustrasinya juga lebih cocok untuk dibacakan karena sebagai bagian dari cerita, gambar ini perlu diperlihatkan pada anak. Pada umumnya, cerita fantasi dan humor lebih mengena bila dibacakan (untuk anak yang sudah agak besar, 8-13 tahun). Ada yang berpendapat bahwa anak yang masih kecil (kurang dari 3 tahun) belum dapat menerima cerita fantasi. Jadi, misalnya, dia akan melihat kucing sebagai apa adanya seperti yang dilihatnya di rumah (kucing yang mengeong dan bukan yang dapat berbicara). Setelah itu perlahan-lahan dia akan mengembangkan daya fantasinya.
Cerita untuk di dongengkan
Biasanya cerita yang cocok untuk didongengkan, secara umum dapat dilihat dari ceritanya yang berjalan cepat; penggambaran (deskripsi) yang singkat dan lebih banyak aksi (action). Kata-kata yang digunakan oleh pengarang lebih sederhana dan diambil dari kata yang lebih banyak digunakan sehari-hari. Kalimatnya singkat dan jalan ceritanya juga tidak rumit sehingga lebih mudah ditangkap. Biasanya banyak kata-kata atau bagian kalimat yang diulang. Jadi bila kata-kata atau mungkin nyanyian-nyanyian pendek ini disampaikan pada anak, mereka akan cepat dan spontan dapat mengikuti dan menirunya. Spontanitas dari pendengarnya yang lebih ditekankan sedangkan pada cerita yang dibacakan emosi pembaca yang lebih diutamakan. Misalnya buku cerita rakyat. Sedangkan buku cerita rakyat yang mempunyai banyak ilustrasi (berbentuk picture book) cocok pula untuk dibacakan sambil diperlihatkan ilustrasinya. Ada yang berpendapat bahwa cerita-cerita rakyat adalah cerita yang paling cocok untuk didongengkan karena bersifat fleksibel. Jadi elemen-elemennya dapat dihilangkan atau ditambahi sesuai dengan pendapat si pendongeng tentang bagian mana yang dirasa penting dan perlu ditonjolkan. Kebiasaan ini sudah dilakukan sejak beratus tahun dari generasi ke generasi. Karena kelonggaran ini, cerita dapat diubah sesuai dengan kehendak dan reaksi anak, misalnya seorang akan menghendaki putri dongengnya tidak berambut panjang, tetapi berambut pendek seperti dia. Karena itulah cerita rakyat paling efektif bila didongengkan karena bisa diadaptasi dan pendengar serta pendongeng akan memasuki situasi yang sama.        
Kombinasi membacakan dan mendongengkan dapat Andalakukan bila Anda memakai buku berbahasa asing untuk bercerita. Jadi Anda dapat memakai kata-kata sendiri untuk menyampaikan cerita pada anak tanpa harus menerjemahkan kata-katanya satu persatu dan menggunakan buku untuk rnenun]ukkan gambar ilustrasinya. Kata-kata asing yang sederhana bisa juga dicoba untuk diperkenalkan pada anak. Misalnya pada jenis buku cerita bergambar di mana teksnya hanya sedikit dan singkat, Anda bisa membacakannya dalam bahasa asingnya terlebih dahulu. Biarpun hanya sedikit, mungkin anak juga akan dapat mengenali kata-kata asing. Tetapi kegiatan ini jangan sekali-kali diutamakan untuk mengajar anak membaca yang lebih penting adalah mendongengkannya.

Kapan memulainya
Segera setelah anak dapat dipangku, Anda bisa mencoba memperkenalkannya pada buku, tetapi rata-rata pada umumnya anak mulai bisa duduk tenang mendengarkan cerita ketika berumur 2 atau 3 tahun. Bisa pula sebelumnya, karena itu cobalah saja bila misalnya anak Anda sudah mulai mengunjungi taman bermain, mungkin dia juga sudah mau mendengarkan cerita. Untuk pertama kali tentu Anda harus memilih cerita yang pendek dulu, mulai dengan bersama-sama membuka-buka buku sambil menunjukkan gambarnya.Yang lebih penting adalah bagaimana Anda memulai kebiasaan ini sedemikian rupa sehingga tidak terasakan sebagai paksaan bagi anak. Juga lebih baik membacakan atau mendongengkan secara teratur setiap hari meskipun dalam jangka waktu pendek daripada dalam. jangka waktu panjang tetapi tidak teratur. Untuk mengakhiri acara ini pun dianjurkan untuk tidak tergesa-gesa segera setelah Anda selesai membacakan atau mendongengkan cerita. Mungkin anak masih terbuai ceritanya, maka Anda bisa sedikit berdiskusi dengannya mengenai apa saja yang dia tanyakan. Atau bila anak minta dibacakan sekali lagi, tidak ada salahnya bila Anda memenuhi permintaannya. Bisa pula kegiatan ini, dialihkan perlahan-lahan misalnya dengan menyuruh anak menggambar tokoh-tokoh cerita yang baru didengarnya sebelum Anda meninggalkannya bermain sendiri dan Anda dapat mengatakan kepadanya bahwa besok Anda akan mendongengkannya lagi dengan cerita yang lain. Penting diperhatikan pula bahwa cerita yang Anda bacakan atau dongengkan sebaiknya sampai tamat untuk tidak mengganggu kontinuitas cerita. Untuk anak yang masih kecil harus dipilih cerita yang pendek yang dapat diselesaikan dalam 5 atau 10 menit dan kemudian dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Bila anak telah duduk di Taman Kanak-Kanak, kelas 1 atau 2 bisa sampai 20 menit. Bagi anak yang lebih besar, kelas 3 ke atas, mereka bisa tahan sampai 30 menit mendengarkan cerita. Bila anak masih berminat Anda tak harus berhenti membacakannya segera setelah mereka dapat membaca sendiri. Sampai anak duduk di kelas 6 pun (13 tahun) sebetulnya mereka masih suka dibacakan atau didongengkan cerita. Mungkin tidak perlu seluruh cerita/ tetapi bisa pada bagian yang menarik untuk merangsang minatnya sehingga anak tertarik membaca seluruh isi buku. Cara ini cocok untuk memperkenalkan anak pada novel atau buku sastra.

Teknik membacakan buku
Anak dapat dipangku atau bisa juga duduk di sebelah Anda. Yang penting Anda bersama anak dapat melihat buku bersama-sama, terutama buku harus dapat dilihat dengan jelas oleh anak Anda. Bila berdua, Anda dapat duduk di tengah di antaranya dan bila suatu kali Anda membacakan sekelompok kecil anak, 4 atau 5 orang, mereka bisa duduk berkeliling menghadap Anda. Peganglah buku di depan badan Anda setinggi mata mereka, sehingga semuanya bisa melihat buku dengan jelas (bila Anda sudah tahu teksnya). Bila Anda perlu melihat teksnya, peganglah agak ke sebelah samping Anda, kiri atau kanan, dan kepala Anda bisa menengok untuk membaca teksnya. Waktu membacakan buku sebaiknya Anda tidak hanya terpaku pada teksnya saja. Melihat pada anak untuk memperhatikan bagaimana minat si anak perlu juga, sehingga Anda tahu apakah dia tertarik atau acuh tak acuh saja pada cerita yang Anda bacakan. Pembacaan cerita dimulai dengan menyebutkan nama pengarangnya serta judulnya dan memperlihatkan secara sekilas gambar-gambar ilustrasinya. Bagi anak yang masih kecil barangkali nama pengarang serta judul tidak begitu menarik perhatiannya, tetapi bagi yang telah agak besar hal ini menarik juga, karena anak lama-lama akan mengenal gaya dan kelebihan masing-masing pengarang. Hal ini akan menambah pengetahuannya tentang buku-buku yang sudah pernah dibacanya. Pengantar ini jangan terlalu lama dan Anda harus segera membaca ceritanya, tetapi jangan tergesa-gesa. Bacalah perlahan dengan santai, jelas dan cukup keras serta dengan ekspresi yang tepat, tetapi Anda pun tidak boleh membacanya terlalu perlahan sehingga seakan-akan membaca kata per kata seperti sedang mengajarnya membaca. Suara Anda juga harus disesuaikan dengan suasana cerita sedih, gembira, dalam suasana misteri, ketakutan, dan sebagainya. Volume, tekanan, dan tinggi rendahnya suara juga perlu diperhatikan, tetapi yang terpenting adalah melakukan semuanya dengan wajar dan jangan berlebihan sehingga tidak mirip dengan suara Anda.

Teknik Mendongeg
Seperti halnya dengan membacakan buku, nmendongengkan pun harus dilakukan dengan wajar. Jangan mendongeng dengan gaya yang berlebihan sehingga perhatian anak bukan ditujukan pada ceritanya, tetapi pada Anda. Ini akan mengganggu penangkapannya akan cerita yang sedang Anda bawakan. Dalam membawakan cerita, Anda mula-mula mengajak anak untuk membayangkan kira-kira bagaimana tempat kejadiannya, misalnya di tengah hutan, lalu juga penampilan tokoh-tokohnya, umurnya, pakaiannya dan baru pula sedikit pengantar mengenai suasana ceritanya dan kapan kira-kira terjadinya. Suara yang wajar dan diiringi dengan gerakan-gerakan yang tepat akan membawa anak ke negeri dongeng. Bila memungkinkan bisa pula Anda memakai namanya untuk salah satu tokoh cerita. Anak bisa dilibatkan juga misalnya dengan ikut menyanyikan lagu-lagu pendek yang ada dalam cerita atau bisa juga diberi peran kecil. Kecepatan Anda mendongeng juga harus diperhatikan, disesuaikan dengan umur anak dan penyampaian juga jangan dilakukan tergesa-gesa, sehingga anak bisa merasakan ikut tenggelam dalam ceritanya. Bila misalnya dalam cerita ada penggambaran suara-suara binatang, ada yang berpendapat bahwa menirukan suara binatang dapat dilakukan, tetapi ada juga yang hanya memberi tekanan suara lebih dalam pada kata yang menggambarkan suara tersebut dan volume suara diperkeras, misalnya kata "mengaum" dibunyikan sebagai "mengngauumm'.
Bila Anda ada waktu, Anda bisa pula membuat topi-topi kertas berwajah tokoh-tokoh cerita yang bisa dipakai oleh anak. Juga bila ada, boneka berbaju yang bisa dimainkan oleh tangan atau jari tangan dapat menambah semarak dongeng Anda. Benda-benda kecil yang menggambarkan rumah, kursi, pohon, perabotan dan sebagainya dapat pula Anda pergunakan untuk membantu anak membayangkan tempat kejadian. Jadi bila ada alat peraga dan Anda pikir perlu juga digunakan tak ada salahnya bila dipakai. Dengan kreativitas Anda dalam mendongeng, anak akan belajar banyak.
Mendongeng dan membacakan buku
Mendongeng atau bercerita dapat dilakukan dengan teks, yaitu mernbacakan buku atau bisa juga tanpa teks. Masing-masing mempunyai keuntungannya sendiri-sendiri. Sebaiknya dilakukan bergantian. Membaca buku erat kaitannya dengan meningkatkan kemampuan dan minat baca anak sedangkan mendongeng tanpa buku erat kaitannya dengan meningkatkan rasa percaya diri pendongeng dan anak didik. Yang dimaksudkan di sini adalah dengan mernbacakan buku, maka anak akan terbiasa melihat huruf dan kata-kata yang diceritakan; jadi anak dapat merangkaikan huruf dan bunyi yang didengar. Dengan demikian terutama anak-anak kelas TK akan cepat dapat membaca (asal tidak dipaksa, karena ini bukanlah pelajaran membaca). Sedangkan dengan mendongeng guru akan banyak berlatih dan anak dapat dilibatkan dalam kegiatan bercerita, sehingga dapat ikut mengekspresikan dirinya. Dengan demikian dapat terjadi, anak yang mula-mula pemalu dan menutup diri akan berubah sikap.

Tahapan dalam mendongeng
Persiapan untuk mendongeng
a. Pilihlah sebuah cerita yang disukai
-          Baca cerita ini dan dengarkan
-          Hafalkan permulaan cerita dan akhir cerita. Dan kalau ada nyanyian, repetisi atau kata-kata yang menurut Anda perlu disertakan waktu bercerita, juga perlu dihafalkan
-          Baca cerita sekali lagi. Perhatikan kecepatan membaca dan penekanannya 
-          Coba mulai mendongeng tanpa melihat buku.
-          Latihlah kembali tanpa melihat buku bila ada yang terlupa, bisa dilihat atau dibaca kembali ceritanya  telah itu cobalah mendongeng untuk diri sendiri ketika sedang mengerjakan sesuatu. Bayangkan Anda sedang mendongeng.

Siap untuk mendongeng
-          Pandanglah pendengar Anda dan beri waktu diri anda sendiri untuk sejenak tenang
-          Mendongenglah. Atur kecepatan, apakah perlu lambat atau cepat
-          Percaya diri
-          Tenang sejenak setelah mendongeng.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar