Jumat, 18 Januari 2013

“Nanti Bagaimana?” atau, “Bagaimana Nanti?”


Dua pernyataan ini sering menjadi perdebatan diantara kita, antara orang yang memilih “nanti bagaimana” atau “bagaimana nanti”. Untuk orang yang memilih “nanti bagaimana” menjelaskan bahwa pilihannya adalah paling benar. Bagaimana seseorang bisa menjalani hidup tanpa perencanaan yang jelas dan memikirkan segala sesuatunya dengan baik.
Untuk orang yang memilih “bagaimana nanti”, pilihannya sudah sangat benar karena semua kehidupan ini sudah di tuliskan di Lauh Mahfuz sebelum manusia dilahirkan dan tidak ada yang bergerak di alam semesta ini tanpa seijin Allah. Artinya manusia tidak perlu memikirkan “nanti bagaimana” karena semua sudah diatur dan ditentukan oleh Allah SWT. Sepengetahuan dan sejauh saya kenal, orang-orang yang memilih sikap “bagaimana nanti” memiliki sikap spritual dan tingkat ibadah dan pengalaman hidup yang banyak sehingga mereka lebih memilih “bagaimana nanti” karena mereka lebih senang Allah yang memberikan jalan kepada kita karena sesuatu yang di berikan oleh Allah akan lebih baik dibandingkan dengan yang kita lakukan.
Dua pernyataan ini menarik karena secara sadar atau tidak, kita terdoktrin oleh salah satu pernyataan ini dalam kehidupan kita. Pernyataan “nanti bagaimana” banyak saya temui pada orang-orang yang memiliki pandangan hidup lebih realistis dan menggunakan logika dan akal yang lebih banyak dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan ini. Semua hal sudah direncanakan dengan sangat baik. Umumnya mereka tidak mungkin menjalankan sesuatu tanpa merencanakan terlebih dahulu. Dan memang banyak orang sikap hidup seperti ini memiliki kesuksesan dalam kehidupan, dibuktikan dengan pendidikan yang baik, pekerjaan yang baik, serta status sosial yang baik. Banyak contoh yang bisa kita temui orang-orang yang memilih sikap hidup seperti ini.  
Berbeda cerita dengan orang-orang yang memilih sikap “bagaimana nanti”. Orang-orang seperti ini sebenarnya, menurut saya, lebih memiliki kehidupan yang lebih nyaman dan tenang, karena mereka tidak pernah memberatkan diri mereka dengan harus berpikir “nanti bagaimana”, 10 tahun atau 20 tahun kedepan, mereka mengikuti alur kehidupan yang sudah dituliskan oleh Allah. Tetapi jangan salah, orang-orang seperti ini umumnya, orang-orang yang saya kenal, memiliki tingkat spritual dan ketauhidan yang sangat tinggi sehingga mereka sangat tahu dan sangat sadar dengan pilihan  “bagaimana nanti”. Mereka bukan sekedar orang-orang yang tidak bekerja (mengganggur) dan memiliki pemahaman ilmu agama yang rendah tetapi mereka memiliki pemahaman yang sangat baik terhadap agama sehingga lebih memiliki sikap hidup seperti ini. Salah satu pengalaman saya berinteraksi dengan teman yang memiliki sikap hidup seperti ini, menurut saya luar biasa, teman saya saat ini berumur 45 tahun, kalau dilihat dari pencapain harta, saya pikir sama dengan orang-orang yang bekerja setiap hari. Teman saya memiliki 2 orang anak, rumah di perumahan, mobil BMW, 2 motor. Dari awal memang teman saya tidak bekerja. Hanya sebatas mengisi ceramah dan pengajian di pesantren atau di majelis-majelis.
Ada lagi orang tua yang saya kenal ketika memutuskan untuk pensiun dini dari perusahaan pemerintah karena ingin lepas dari hal-hal yang tidak baik seperti korupsi dll, ketika itu anak-anaknya masih SD. Uang pesangon dari tempat bekerjanya di gunakan untuk usaha tetapi usahanya gagal, hingga akhirnya ia sadar dan memilih untuk ikhlas terhadap semua yang terjadi. Yang terjadi sampai saat ini adalah anak-anak kuliah dan kehidupan berjalan normal seperti orang lain yang tetap bekerja. Keyakinan bahwa Allah akan selalu membantu hamba Nya yang berbaik sangka (Husnuzon) dan Allah akan selalu menjaga orang-orang yang selalu berusaha dekat dengan Nya, merupakan sikap yang umumnya dimiliki oleh orang-orang seperti ini.
                 Allah memerintahkan manusia untuk berusaha mencari rizki di muka bumi ini dan Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum apabila kaum itu tidak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri. Kalau diperhatikan sikap orang yang kedua,”bagaimana nanti” terkesan tidak berusaha dibandingkan orang yang memilih sikap “nanti bagaimana”. Orang-orang yang memilih kedua sikap ini saya yakin tetap berusaha, walaupun dalam definisinya, masing-masing mendefinisikan sendiri apa yang dimaksud dengan “usaha”.Usaha dalam definisinya kedua sikap ini akan berbeda terminologinya, ada satu cerita yang mungkin bisa mengilustrasikan arti usaha dari kedua sikap ini.

Ada 2 orang pendaki gunung yang kehabisan makanan ketika mereka mendaki gunung. Ketika mereka kehabisan makanan, mereka berhenti dan berdiskusi.
 ”Saya akan mencari buah-buahan di hutan. Kamu mau ikut tidak ?” tanya pendaki 1 ke pendaki 2
“Saya mau disini saja, sholat, zikir dan berdoa ke Allah”, jawab pendaki 2
Dengan sedikit emosi pendaki 1 berkata ke pendaki 2,” mana  mungkin kamu dapat makanan hanya dengan sholat, zikir dan berdoa. Kamu harus berusaha mencarinya!!”
“silakan saja kamu kalau mau mencari, saya akan melakukan sholat, zikir dan berdoa,” jawab pendaki 2
Akhirnya pendaki 1 pergi meninggalkan pendaki 2 dan mencari buah-buahan di hutan. Selang beberapa waktu kemudian, datanglah pendaki 1 dengan membawa buah-buahan. Dia melihat pendaki 2 tetap sedang berzikir. Tanpa basa-basi, pendaki 1 memakan buah-buahan yang didapatnya. Berhubung buah-buahan yang dibawanya cukup banyak, maka pendaki 1 tidak dapat menghabiskan seluruh buah-buahan tersebut. Melihat masih ada sisa buah-buahan dan melihat temannya juga belum makan sedikitpun, pendaki 1 menawarkan pendaki 2 untuk makan buah-buahan yang dibawanya.
“kamu kan belum makan, ini masih ada sisa buah-buahan, makanlah.” Pendaki 1 berkata kepada pendaki 2.
“apa kamu sudah kenyang ?” tanya pendaki 2
“sudah.” Jawab pendaki 1
“kalau begitu terima kasih, saya terima pemberianmu,” berkata pendaki 2

Akhirnya, keduanya tetap  mendapatkan rizkinya walaupun dengan cara dan usaha yang berbeda. Allah selalu memberikan rizki kepada hamba Nya dengan cara yang tidak pernah kita tahu.
Mana yang lebih kita pilih, Kita yang mencari jalan atau Allah yang memberi jalan kepada kita.
Ini hanya sebuah renungan dari sebuah sikap hidup. Semua orang bebas memahaminya dengan sudut pandang nya masing-masing.

1 komentar:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus