Suatu pagi ketika jam sudah menunjukkan 7.10
datanglah satu anak dengan terburu-buru. BN OSIS segera mencatat
keterlambatannya. Setelah dicatat oleh BN OSIS selanjutnya di tulis oleh guru
piket. Setelah melaporkan nama dan kelas serta menjelaskan alasannya, guru
piket mengecek sudah berapa kali siswa tersebut terlambat, apabila terlambatnya
1 kali maka siswa tersebut diijinkan masuk langsung, 2 kali terlambat diijinkan
masuk setelah istirahat pertama yaitu jam 10.15, kalau 3 kali terlambat maka di
ijinkan masuk setelah istirahat ke dua yaitu jam 12.00, apabila sudah 4 kali
terlambat maka siswa tersebut harus di pulangkan tetapi setelah orang tua
tersebut dihubungi dan orang tuanya menjemput ke sekolah. Tugas siswa sebelum
diijinkan masuk adalah meminta tugas pada guru mata pelajaran yang mengajar di
kelasnya. Belum selesai dengan siswa tersebut, datang siswa lain yang juga
terlambat. Prosedur yang sama pun dilakukan pada siswa tersebut. Demikian
prosedur yang dilakukan untuk menangani siswa-siswi yang terlambat di SMP
Labschool Kebayoran. Setiap hari ada saja siswa yang terlambat
Permasalahan
terlambat tidak hanya terjadi pada siswa saja tetapi juga di terjadi pada guru.
Guru seringkali datang terlambat, karena tingginya tingkat keterlambatan itu
maka hal itu menjadi perhatian BPS sebagai pengelola Labschool. Pada saat itu
BPS berencana akan memotong gaji guru dan pegawai yang datang terlambat,
walaupun pada akhirnya kebijakan tersebut tidak jadi dilakukan dan diganti
dengan kebijakan yang lebih humanis dengan melakukan teguran kepada guru dan
pegawai oleh pimpinan unit masing-masing. Apabila tidak ada perubahan maka pembinaan akan
dilakukan oleh BPS secara langsung.
Perhatian yang besar BPS terhadap keterlambatan yang dilakukan guru
sangatlah beralasan. Apabila kita belajar dari negara-negara Asia yang
dikategorikan sebagai macan asia seperti Singapura, Cina, Korea Selatan dan
Jepang. Salah satu kunci keberhasilan negara mereka adalah disiplin. Disiplin sudah
menjadi karakter pribadi dan karakter bangsa. Artinya apabila kita ingin
mencontoh menjadi seperti itu maka kita harus mengawali satu langkah untuk mencapai
keberhasilan yaitu disiplin.
Hal yang harus dipelajari adalah bagaimana karakter tersebut dapat
terbentuk pada negara-negara tersebut diatas. Pembentukan karakter umumnya
menjadi tanggungjawab sekolah sebagai lembaga formal. Sekolah dianggap sebagai
bagian yang memberikan kontribusi sangat besar dalam membentuk karakter bangsa,
walaupun pada kenyataannya pembentukan karakter terbentuk karena adanya
kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat. Guru sebagai ujung tombak
pendidikan menjadi bagian terpenting dalam proses pendidikan. Guru tidak hanya
bertugas untuk mengajar dan mentransfer pengetahuan kepada siswa tetapi guru
juga berperan sebagai pembentuk karakter.
Dalam pengertian sebagai pembentuk karakter maka guru harus memberikan
contoh yang riil kepada siswa mengenai karakter yang akan dibentuk pada diri
siswa. Oleh karena itu sangat beralasan ketika BPS ingin mendisiplinkan
guru-guru dan pegawainya.
Pembentukan karakter melalui
proses penyadaran, pembiasaan dan pendisiplinan. Pembiasaan akan terjadi
apabila kita melakukan tindakan secara terus menerus dan kita memiliki
kedisiplinan untuk melakukan tindakan tersebut. Disiplin dalam pengertian ini
adalah tidak hanya disiplin sebagai cara membentuk karakter tetapi juga
disiplin sebagai karakter yang akan dibentuk.
Keterlambatan hanya contoh
kecil dari bentuk ketidak disiplinan seseorang.
Dalam proses pembelajaran ketidak disiplinan dapat dapat dilihat juga
dari masuk dan keluar jam pelajaran tidak sesuai dengan waktunya, dikeluarkan
dari kelas karena tidak mengerjakan dan mengumpulkan tugas sesuai dengan target
yang sudah di tetapkan. Dalam kehidupan sosial, berlaku tanpa memperhatikan
kepentingan dan hak orang lain. Dalam pekerjaan, melakukan kegiatan lain yang
tidak ada hubungannya dengan tugas dan kewajibannya.
Dalam
konteks organisasi yaitu sekolah maka disiplin harus dijadikan sebagai suatu
sistem. Ketika disiplin menjadi sebuah sistem maka semua orang yang masuk dalam
sistem akan berlaku sesuai dengan sistem
yang berjalan. Dan ketika semua orang melakukan hal sama dan konsisten maka
akan terbentuklah sebuah karakter disiplin. Dalam sudut pandang ini, menurut
saya disiplin tidak bisa mengharapkan kesadaran personal individu tetapi perlu
ada penekanan sehingga bisa dilakukan oleh semua orang. Untuk menunjang hal
tersebut, maka diperkuat dengan aturan dan sarana pendukung. Kebijakan tentang
adanya punishment berupa teguran, merupakan langkah awal yang sangat baik
tetapi memang hal itu harus kuat dalam taraf implementasinya. Labschool sebagai
lembaga yang memang mempunyai visi menghasilkan calon pemimpin masa depan harus
lebih tegas dalam membuat aturan ini. Perlu
dipertimbangkan suatu sistem kehadiran yang terpusat dan sistem reward dan
punishment yang lebih efektif dari aturan yang berlaku saat ini. Hal ini memang
ditujukan untuk guru dan pegawai sehingga dapat memberikan contoh yang baik
pada siswa. Sekali lagi, bahwa tugas guru bukan hanya sebagai orang yang
mentransfer pengetahuan tetapi sebagai pembentuk karakter sehingga guru dan
pegawai harus memberikan contoh yang dapat di ikuti oleh semua siswa. Oleh
karena itu perlu adanya aturan dan penanganan yang sama disemua unit untuk membangun karakter disiplin.
Dalam pembentukan karakter
pada siswa, selain kegiatan yang bersifat mengenalkan disiplin seperti BIMENSI,
sekolah perlu melakukan tindaklanjut dari hasil kegiatan tersebut. BIMENSI
merupakan proses awal mengenal kedisiplinan tetapi untuk selanjutnya untuk
membentuk karakter disiplin perlu diselaraskan dengan aturan-aturan yang sudah
ada di sekolah. Artinya kedisiplinan yang dikenalkan dalam kegiatan BIMENSI
tidak kemudian menghilang karena tidak selaras dengan aturan dan tata tertib di
sekolah. Keselarasan juga dapat diartikan terjadi kesamaan penerapan aturan
yang dilakukan oleh guru dan sekolah terhadap siswa. Jangan sampai ada guru
yang tidak disukai oleh anak karena tegas dalam aturan dan ada guru yang
disukai oleh anak karena guru tersebut permisif. Kedisiplinan harus ditegakkan
dalam perspektif untuk membentuk karakter siswa. Disiplin diartikan tegas
terhadap aturan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila siswa melakukan tindakan
yang tidak disiplin dalam proses pembelajaran maka guru tidak hanya memberikan
sanksi terhadap tindakan yang sudah dilakukannya tetapi juga memberi pemahaman
tentang tindakan yang salah yang sudah dilakukannya dan akibat dari tindakannya
tersebut. Diharapkan dengan cara tersebut, siswa memahami konsekuensi logis
dari setiap tindakannya dan tujuan diberikan sanksi tersebut. Disiplin tidak
akan terbentuk hanya karena siswa takut akan punishment tetapi siswa akan
disiplin ketika mereka mengetahui pentingnya disiplin dalam mencapai
keberhasilan di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar