Kamis, 09 Mei 2013

Media Pembelajaran


              Media yang merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Asosiasi Pendidikan Nasional Amerika mendefinisikan media dalam lingkup pendidikan sebagai benda yang dapat di manipulasikan, dilihat, di dengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.
Media pembelajaran (Yusufhadi Miarso, 2004) adalah segala sesuatu  yang dapat menyalurkan pesan serta dapat merangsang perhatian, pikiran, perasaan, dan  kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

Kegunaan Media
1.       Media dapat memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita, sehingga otak kita dapat berfungsi secara optimal.
Hasil penelitian Roger W. Sperry pemenang hadiah Nobel 1984 menyatakan bahwa otak tidak dapat dominan secara serentak. Rangsangan pada salah satu belahan saja secara berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan. Karena itu, sebagai salah satu implikasi dalam pembelajaran adalah kedua belahan perlu dirangsang bergantian  dengan rangsangan audio dan visual
2.       Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa
3.       Media dapat melampaui batas ruang kelas
4.       Media memungkinkan adanya interaksi siswa dengan lingkungan
5.       Media menghasilkan keseragaman pengamatan
6.       Media membangkitkan keinginan dan minat baru
7.       Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar
8.       Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang konkret maupun abstrak
9.       Media memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar mandiri
10.   Media meningkatkan kemampuan keterbacaan baru (new literacy) yaitu kemampuan untuk membedakan dan menafsirkan objek, tindakan, dan lambang yang tampak, baik yang alami maupun buatan manusia yang terdapat dalam lingkungan
11.   Media meningkatkan efek sosialisasi, yaitu dengan meningkatnya kesadaran akan dunia sekitar
12.   Media meningkatkan kemampuan ekspresi diri guru maupun siswa 



Taksonomi Media
(Hadey&Ullmer, dalam Yusufhadi M)
1. Media Penyaji
       Media yang mampu menyajikan informasi
2. Media Objek
       Media yang mengandung informasi
3. Media Interaktif
       Media yang memungkinkan berinteraksi

1.       Media Penyaji
Kelompok 1
       Grafis, Bahan Cetak dan Gambar Diam
       Bahan cetak  : simbol angka dan huruf
       Grafis : dibuat melalui proses gambar
       Gambar Diam : Dibuat melalui proses fotografi
Persamaannya  : penyajiannya sama yaitu visual diam dan memperagakan pesan secara langsung
Kelompok 2 : Media Proyeksi Diam
       Meliputi:
       1. Film Bingkai (slides)
       2. Film rangkai (filmstrips) dan transparansi
       termasuk dengan sarana proyektor pantul (opaque projector)
Persamaan : informasi yang disampaikan adalah gambar, cetakan dan grafik garis
Kelompok 3 : Media Audio
                Hanya menyalurkan dalam bentuk bunyi
                1. Rekaman
                2. telp
                3. Radio
         Kelompok 4 : Audio ditambah Media Visual Diam
                Kombinasi rekaman audio dan bahan-bahan visual diam
                1. Film rangkai suara 
        Kelompok 5 : Gambar Hidup (Film)
Media presentasi paling canggih adalah media yang dapat menyampaikan 5 macam bentuk   informasi yaitu gambar, garis, simbol, suara dan gerakan
                Contoh : Film
       Kelompok 6 : Televisi
                TV memang memberikan penyajian yang serupa dengan film tetapi menggunakan proses elektronis dalam merekam,  menyalurkan dan memperagakan gambar. Jadi TV mempunyai karakteristik produksi dan transmisi yang berbeda dengan fim
        Kelompok 7 : Multimedia
Berbagai bahan belajar yang membentuk satu unit atau yang terpadu, dan yang dikombinasikan atau “dipaketkan” dalam bentuk modul atau disebut “kit”, yang dapat digunakan untuk belajar mandiri atau berkelompok tanpa harus di dampingi oleh guru

2.       Media Objek
Media objek : benda tiga dimensi yang mengandung informasi, tidak dalam bentuk penyajian tetapi melalui ciri fisiknya seperti ukurannya, beratnya, bentuknya, susunannya, warnanya, fungsinya, dan sebagainya.
Meliputi :
1.       Objek yang sebenarnya
1.  Objek alami (segala sesuatu yang terdapat di alam dan mengandung informasi bagi kehidupan). Objek yang hidup dan tidak hidup.  Misalnya : batuan dari bulan
2. Objek-objek buatan :
Misalnya  gedung-gedung, bangunan-bangunan, mesin, alat-alat komunikasi, jaringan transportasi
            2. Media objek pengganti
       semua benda yang dibuat untuk mewakili atau menggantikan ”benda-benda yang sebenarnya”
            Objek pengganti disebut juga
1.       Replika
suatu reproduksi statis suatu objek dengan ukuran yang sebenarnya.
2.       Model
sebuah reproduksi yang kelihatannya sama tetapi biasanya diperkecila atau diperbesar dalam skala tertentu dan sering kali mempunyai bagian-bagian yang bergerak atu unsur-unsur yang bekerja menurut pola benda yang sesungguhnya.



3.       Benda tiruan
Mockup
1. Pertama merupakan bangunan yang dibuat kurang lebih menyerupai suatu benda yang besar misalnya bagian dari kapal terbang atau gedung. Mockup ini merupakan tempat belajar siswa.
2. Bentuk yang  menggambarkan mekanisme kerja suatu benda misalnya sistem pembakaran mobil.
        Jenis benda tiruan ini sering kali kelihatan sangat berbeda dari benda yang sesungguhnya karena aksentuasi yang diberikan,  misalnya potongan melintang yang diberikan untuk menjelaskan hubungan dan cara kerja bagian

3. Media Interaksi
                Siswa tidak hanya memperhatikan objek atau penyajian tetapi dipaksa untuk berinteraksi selama mengikuti pelajaran
Ada 3 jenis interaksi
1.       Siswa berinteraksi dengan program, misalnya siswa mengisi blanko pada teks yang terprogram
2.       Siswa berinteraksi dengan mesin,misalnya mesin pembelajaran, simulator, lab  bahasa atau terminal komputer
3.       Interaksi ketiga : mengatur interaksi siswa secara teratur tetapi tidak terprogram. Misalnya permainan pendidikan, simulasi yang berorientasi pada pemecahan masalah





Rabu, 01 Mei 2013

Usia Tidak berbanding Lurus dengan Kedewasaan


Ada mahasiswa yang bertanya, “apakah semakin bertambah usia seseorang maka dia akan semakin matang?”
Saya jawab,”tidak. Semakin tua usia seseorang tidak menjamin ia semakin dewasa dan matang”.
 Kenapa demikian ?
Sebelum saya membahas masalah usia tidak berbanding lurus dengan kedewasaan, mari kita cermati berbagai berita di media baik di koran, televisi, di internet maupun di radio banyaknya orang-orang yang notabene ayah kandungnya sendiri, kakak atau adiknya, kakek atau pamannya yang tega mencabuli bahkan memperkosa anaknya, keponakannya, adik atau tetangga dekatnya hingga hamil atau sampai melahirkan anak. Orang-orang yang jelas-jelas diberi amanah untuk menjaga dan mendidik, berlaku sebaliknya.
Apakah hal ini berkaitan dengan kedewasaan ?? mungkin sebagian orang berpikir ini masalah akhlak orang tersebut dan bukan masalah kedewasaan, tetapi sebenarnya ini termasuk masalah kedewasaan yaitu kematangan seseorang. Seharusnya seseorang semakin matang ketika semakin bertambah usianya tetapi itu tidak terjadi pada orang-orang yang melakukan hal-hal tersebut diatas. Itu hanya sebagian contoh kecil saja yang menunjukkan perilaku tidak dewasa dan matang, masih banyak contoh dalam perilaku, berpikir dan bertindak yang tidak mencirika kematangan meskipu usianya sudah masuk dalam fase dewasa.
Kedewasaan dicirikan dengan kemampuan seseorang dalam berpikir secara logis dan bijaksana dengan mempertimbangkan berbagai hal yang akan diakibatkan dari ucapan, tindakan dan sikapnya. Orang dewasa akan berpikir lebih tenang, lebih logis dan mempertimbangkan berbagai hal  ketika akan mengambil keputusan dan merespon suatu keadaan. Memang untuk mempunyai kemampuan seperti orang dewasa yang seharusnya tidak berdasarkan umur tetapi berdasarkan pilihan diri sendiri dan keinginan untuk belajar. Pilihan  dan belajar apa ?? pilihan untuk menjadi dewasa dan keinginan untuk terus belajar memahami berbagai hal yang terjadi (mengambil hikmah dari setiap kejadian). Banyak anak yang lebih muda usianya tetapi berpikir lebih dewasa dari pada orang tua, dan banyak pula orang tua yang kelakuannya dan cara berpikirnya lebih kanak-kanak daripada anak-anak. Hal  ini terjadi karena anak-anak tersebut memilih untuk dewasa dan mau belajar untuk menjadi dewasa.
Kita hari ini adalah hasil dari hari kemarin. Ketika di hari kemarin kita tidak memilih untuk menjadi dewasa maka hari ini kita tidak akan menjadi dewasa. Hari ini adalah masa depan kita. Ketika banyak hal yang tidak sesuai dengan harapan terjadi dalam kehidupan kita, kita banyak merespon dengan banyak cara.. ada yang kecewa, putus asa, marah pada Allah, dan sebagian kecil ada yang belajar menerima, ikhlas dan tetap berpikir positif menghadapi berbagai masalah kehidupan. Sebagian kecil ini lah orang-orang yang tetap untuk berpikir positif dan belajar untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian. Orang menjadi dewasa ketika dia memilih untuk ikhlas dalam setiap kejadian dan belajar untuk mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang menimpanya. Orang-orang seperti ini akan selalu berpikir positif dan mencoba memahami tujuan Allah.
Kedewasaan itu terbentuk dari proses yang panjang dan lama yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam memahami semua “pelajaran” yang diberikan Allah pada kita. Ibarat pepatah mengatakan “Padi semakin berisi, semakin menunduk”, menunjukkan bahwa ketika kita mendapatkan suatu peristiwa dan dapat mengambil hikmah dari kejadian tersebut maka kita memahami bahwa banyak hal yang belum kita pahami, dan semakin kecilnya kita di mata Allah. Artinya masih banyak hal yang belum kita pelajari. Semakin banyak kita belajar dan berusaha memahami semua yang terjadi akan membuat kita semakin dewasa dan arif dalam menghadapi kehidupan ini.
 Pemahaman inilah yang harus kita pegang, bahwa dewasa itu hasil belajar dalam kelas kehidupan ini dan bukan 1 paket yang kita dapatkan secara  bersamaan ketika kita bertambah usia.